Welcome

Welcome to this blog!

Di blog ini Anda dapat mencari artikel-artikel, materi pelajaran bahasa Inggris, Matematika, Fisika, Biologi, Kimia dan Bahasa Indonesia untuk SMP dan SMA.
Anda juga dapat mencari link sekolah maupun perguruan tinggi baik di dalam maupun di luar negeri. Seperti misalnya Universitas California, MIT dan sebagainya.
Anda juga dapat mendapatkan informasi tentang bea siswa dalam dan luar negeri.
Bagi yang memiliki materi yang ingin ditayangkan di blog ini kirimkan ke E-Mail saya intankierana@gmail.com .

Terima kasih.

Intan Kirana

Selasa, 04 Mei 2010

Pantai Trisik - sebuah catatan




Letak pantai Trisik adalah kurang lebih 36 kilometer dari pusat kota Yogyakarta. Terletak diantara 7°10'8'' hingga 7°11'13'' Lintang Selatan dan 110° 17' hingga 1100 20' Bujur Timur. Pantai ini terletak di desa Brosot, kecamatan Galur, kabupaten Kulonprogo, propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Trisik terletak di sebelah barat muara sungai Progo yang banyak membawa bahan vulkanik dari gunung Merapi.




Laut pantai Trisik adalah Samudera Indonesia yang bergelombang besar. Pantai Trisik terdiri dari gumuk-gumuk pasir yang terbentuk selama ribuan tahun. Proses terjadinya gumuk pasir ini adalah angin laut yang kencang menerbangkan pasir hasil aktivitas Merapi yang terendap di dekat sungai menuju daratan, membentuk bukit pasir atau gumuk. Gumuk-gumuk yang sering terbentuk di pantai adalah tipe barchan dune, comb dune, parabolic dune dan longitudinal dune. Namun yang terlihat di pantai Trisik ini hanya beberapa saja, yaitu barchan dune dan longitudinal dune.
Barchan dune adalah sejenis bukit pasir yang berbentuk bulan sabit. Tanduk sabit menghadap ke arah angin, lerengnya melandai ke arah datangnya angin, sedang lereng yang lain agak curam (Marchaban, 1979).
Longitudinal dune adalah sejenis bukit pasir yang memanjang dengan lerengnya melandai ke arah datangnya angin, sedang lereng yang lain agak curam seperti pada barchan dune.
Tanah
Tanah pantai Trisik terdiri dari tanah pasir pantai tanah tegal dan tanah sawah.
Tanah pasir pantai terletak di pinggiran laut. Tanah ini banyak mengandung bijih besi, dengan bercampur dengan endapan vulkanik. Kandungan bijih besi ini memberikan potensi untuk pertambangan.
Tanah dari endapan gunung berapi ini adalah berasal dari bahan induk batuan vulkanik dan sedimen, wama tanah kelabu kehitaman, dengan tekstur agak kasar, struktur remah dengan didominasi oleh pasir, tingkat keliatan dan kelekatan yang rendah, dengan PH sekitar 6 sampai dengan 6,5. Disamping endapan vulkanik juga terdapat sampah-sampah organik maupun anorganik yang terdampar di pinggiran pantai. Sampah-sampah ini menimbulkan kesan bahwa pantai ini agak kotor. Abrasi pantai karena ombak maupun erosi pantai karena aliran air sungai Progo membuat pantai Trisik ini terkikis semakin ke utara. Menurut ceritera penduduk sekitar dalam sepuluh tahun terakhir ini pantai Trisik terkikis 100 meter ke utara. Kikisan air sungai Progo dapat terjadi pada saat muara buntu, sehingga air sungai akan mencari jalannya ke pinggiran pantai dan membuat pantai terkikis.
Lahan pasir di pantai Trisik sifatnya kering, sehingga secara alami pada musim hujan tumbuhan akan tumbuh sementara pada musim kemarau akan kering kerontang.
Tanah tegal terletak agak masuk ke daratan. Tanah ini terdiri dari tegal-tegal atau lahan kering yang ditanami petani dengan tanaman palawija. Struktur tanah di sini sudah berubah dari tanah pasir pantai asli. Tanah ini sudah mengalami pelapukan dan bercampur dengan kompos pupuk kandang, pupuk hijau dan pelapukan sisa-sisa tanaman. Kondisi tanah sudah agak lebih subur dari tanah pasir pantai.
Tanah sawah terletak agak jauh dari pantai terdiri dari tanah lempung pasiran. Tanah ini banyak mengandung endapan vulkanik dari sungai Progo yang mengalir melalui saluran irigasi primer, sekunder serta tersier. Tanah ini mengandung unsur-unsur yang berasal dari pupuk kandang, pupuk hijau, serta pelapukan sisa tanaman baik tanaman pertanian maupun gulma. Tanah sawah ini lebih basah dibanding dengan tanah tegal.

Air
Agak jauh dari kawasan pantai air irigasi diambil dari saluran yang mengalir melalui tengah desa Banaran menuju pantai Trisik sebagian airnya mengisi laguna di pantai Trisik dan sebagian lagi bergabung dengan muara sungai Progo. Saluran ini dibangun sejak zaman Belanda. Saluran ini dapat mengairi sawah diu sekitarnya.
Kawasan pantai sendiri adalah kawasan yang kering. Secara alami lahan pantai hanya mendapatkan air dari air hujan. Namun para petani berusaha mengairi sawah mereka dengan air sumur yang dipompa atau ditimba. Ada embung besar di sebelah utara pusat pedukuhan Trisik yang menampung air sungai yang dipompa. Embung ini dibangun atas bantuan Sri Pakualam VIII. Dari embung ini, air disalurkan ke lahan-lahan pertanian penduduk melalui pipa-pipa pralon. Petani yang jauh dari embung membuat sumur-sumur untuk mengairi lahan. Mereka menampung air yang ditimba atau dipompa dari sumur di bis-bis beton yang dipasang di segala tempat di lahannya. Bis-bis beton ini terkenal dengan nama bis renteng, karena bis-bis beton itu dihubungkan dengan pipa-pipa pralon di sepanjang lahan.
Sebagian petani mengunakan pipa pralon yang diulur sepanjang lahan dengan lubang-lubang kecil. Dari lubang-lubang kecil itu air akan memancar mengairi tanaman para petani bila pada mesin pompa air di pangkalnya dihidupkan.
Vegetasi
Vegetasi pantai yang nampak dominan adalah tanaman pandan, kaktus, jenis rumput regulung, baiduri dan jenis rumput teki Tanaman pohon atau tanaman keras yang banyak terdapat adalah tanaman akasia, sonokeling, jambu, dan nipah. Juga sebagian adalah tanaman budidaya seperti mangga, rambutan, jambu dan jeruk. Tanaman palawija yang biasa adalah ketela pohon, cabai merah, jagung, melon, mentimun, semangka dan buah naga.
Satwa.
Berbagai satwa baik yang liar maupun budidaya terdapat di sini.Satwa itu antara lain beragam jenis burung migran dan non-migran, berbagai jenis tikus, beberapa jenis ular, beragam jenis ikan laut dan tawar, serta berbagai serangga termasuk kupu-kupu dan belalang.
Burung Migran. Pantai Trisik adalah salah satu persinggahan bunmg migran dari berbagai wilayah. Jenis burung migran yang bisa dilihat antara lain trinil rawa, trinil pantai, trinil semak, kedidi leher merah, cerek kemyut, cerek kalung kecil dan layang-layang Asia.
Burung Non-migran. Di pantai Trisik terdapat burung-burung non migran seperti kuntul kerbau, blekok sawah, cangak abu, walet sapi, burung hantu, derkuku dan udang biru.
Binatang Pengerat. Binatang pengerat yang hidup di sini adalah jenis tupai dan tikus. Tikus yang hidup di sini adalah jenis tikus besar atau wirog dan tikus kecil-kecil.
Binatang Melata. Jenis binatang melata yang banyak dijumpai di sini adalah jenis kadal dan ular. Ular yang terdapat di sini adalah jenis kobra, ular hijau, ular macan dan ular sawah.
Penyu. Penyu yang biasa terdapat di pantai Trisik adalah penyu hijau.
Ikan Air Laut. Jenis ikan yang terdapat di laut pantai Trisik adalah cakalang, hiu, bojor,surung, udang, tongkol, tenggiri, kakap, teri, impun dan lainnya.
Ikan Air Tawar. Ikan yang terdapat di sungai antara lain tawes, lele lokal, belut, gurami, keting dan ikan gabus.

Lingkungan Sosial Budaya
a. Lingkungan Nelayan
Lingkungan terpusat di sekitar Tempat Pelelangan Ikan(TPI) dan tempat berlabuh perahu.
Di pinggiran pantai peneliti mengamati berjajar perahu-perahu yang digunakan nelayan untuk mencari ikan. Perahu yang digunakan di sini adalah perahu kecil dengan penyangga di kiri kanannya agar tidak mudah terbalik bila terhempas ombak. Perahu-perahu ini menggunakan mesin penggerak motor tempel. Motor yang ditempelkan pada bagian belakang perahu. Ada 3 atau 4 awak yang mengoperasikan setiap perahu bila mereka melaut untuk mencari ikan.
Menurut Sunaryo Hadi (32 tahun), Ketua Kelompok Nelayan, jumlah perahu nelayan yang beroperasi di pantai Trisik ada 25 perahu. Kebanyakan nelayan di pantai Trisik tidak memiliki perahu sendiri. Mereka mengoperasikan perahu milik juragan. Mereka berstatus buruh. Sehingga pendapatan mereka akan berkurang karena harus berbagi dengan juragan mereka.
Jumlah nelayan ada asli warga Trisik ada 32 sedang yang 22 adalah dari luar dusun Trisik. Sunaryo menyatakan bahwa penghasilan nelayan tidak tetap. Pada saat ikan sedang banyak penghasilan mereka dapat mencapai Rp. 200.000 perhari. Namun pada saat paceklik ikan mereka tidak mempunyai penghasilan apa-apa.
Sehingga menurutnya, pada saat panen ikan keluarga nelayan biasa untuk membelanjakan uang mereka secara boros. Misalnya untuk membeli barang-barang seperti TV, VCD player, dan sepeda motor. Namun pada masa-masa paceklik mereka menjualnya kembali.
Kelompok Nelayan Trisik yang diketuai oleh Sunaryo (37 tahun) telah mendirikan koperasi yang anggotanya adalah para nelayan baik yang berasal dari warga dusun Trisik maupun dari luar Trisik.
Koperasi menyediakan kebutuhan para nelayan baik kebutuhan pribadi maupun yang ada hubungannya dengan kebutuhan nelayan seperti bahan bakar perahu, peralatan menangkap ikan dan lain sebagainya. Koperasi juga mengadakan simpan pinjam.
Kelompok Nelayan juga mengatur sistim penjualan ikan di TPI maupun sistim pembagian keuntungan natara nelayan buruh dan juragan.
TPI atau Tempat Pelelangan Ikan adalah jantung bagi warga Trisik yang berprofesi sebagai nelayan. Di tempat inilah aktivitas jual beli ikan berlangsung. Tempat ini ramai pada saat nelayan selesai melaut mencari ikan.
Di samping TPI terdapat gubug-gubug kecil para nelayan dengan jaring atau jala yang sedang digantung atau sedang diperbaiki. Masyarakat nelayan sesuai dengan sifat dan ligkungannya adalah masyarakat desa dengan segala macam corak dan norma-norma kehidupan yang bersifat tradisional hidupnya. Suasana pergaulan yang masih asli, dapat dilihat pada cara-cara bagaimana mereka mempola kehidupannya, pola pergaulan terutama pergaulan antara sesama mereka sendiri yang penuh dengan suasana gotong royong, bantu membantu satu sama lain yang mempakan ciri masyarakat pedusunan.
Pengaruh alam dengan corak tersendiri, memaksa mereka untuk menuruti suatu cara hidup yang sesuai dengan keadaan lingkungan. Lingkungan menyediakan berbagai bahan-bahan potensiil dengan segala kelebihan dan keterbatasannya untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Waktu melaut adalah pada musim ikan biasanya banyak ikan pada musim hujan. Pada musim hujan biasanya ombaknya lebih kecil, dan ikanpun lebih banyak.
Mereka turun ke laut pada pagi hari kira-kira pukul 6.00. dan naik ke darat kira-kira pukul 12 siang.
Pada saat-saat mereka tidak melaut dan tidak melakukan kegiatan pertanian mereka bekerja memperbaiki alat-alat yang mereka gunakan untuk mencari ikan. Misalnya mereka memperbaiki jaring yang robek.
b. Lingkungan Petani
Lahan pasir di pantai Trisik sifatnya kering, sehingga secara alami pada musim hujan tumbuhan akan tumbuh sementara pada musim kemarau akan kering kerontang. Pergantian musim ini akan mempengaruhi penghasilan atau pendapatan mereka. Ada musim panen dan pacekliknya. Di lahan pantai yang kering dan kurang subur ini petani lebih banyak menaman tanaman palawija dibanding tanaman padi.
Tanaman palawija yang biasa adalah ketela pohon, cabai merah, jagung, melon, mentimun, semangka dan buah naga.
Dalam mengolah lahan petani pantai Trisik lebih banyak menggunakan pupuk kandang dan pupuk hijau dibanding pupuk buatan pabrik. Hal ini dikarenakan pupuk kandang dan pupuk hijau dianggap lebih murah. Umumnya para petani memiliki beberapa ekor ternak seperti sapi, kerbau dan kambing di rumahnya. Pupuk yang berupa kompos ini ditebarkan di atas lahan pasir tempat menanam tanami. Pupuk ini diberikan sebelum menanam tanaman. Dengan memberikan kompos ini diharapkan struktur tanah pasir yang miskin akan hara ini menjadi tanah yang lebih subur. Semakin lama mereka memberi pupuk dan menanam akan semakin bagus struktur tanah mereka.
Namun kesulitan yang mereka hadapi adalah masalah air. Para petani harus membuat sumur-sumur untuk mengairi ladang mereka. Air dalam sumur ditimba atau dipompa kemudian dialirkan melalui pralon ke bis-renteng. Bis renteng adalah istilah untuk menamakan bis-bis beton yang dihubungkan dengan pralon untuk mengeiri lahan pertanian mereka.
Sri Pakualam VIII membantu para petani dengan membangunkan embung atau tempat penampungan air yang disalurkan ke lahan petani dengan menggunakan pipa pralon. Namun belum dapat memenuhi kebutuhan air untuk seluruh lahan.
Ada beberapa petani yang mencoba menanam dengan menggunakan plastik yang digelar di bawah lahan tanam. Plastik ini digunakan untuk alas media tanam. Di atas plastik ditebarkan tanah dan pupuk kompos. Plastik akan menahan air yang terkandung di media di atasnya. Sehingga bila diamati seperti menanam tanaman pada polibag yang besar dan luas. Menurut petani yang mencobanya dengan cara ini hasilnya lebih bagus dibandingkan dengan menanam langsung pada lahan pasir.
Kasijo (57) tahun mencoba menggunakan sabut sebagai alas. Di atasnya di berikan tanah dan pupuk kompos. Hasilnya cukup luar biasa. Menurutnya dengan cara ini setiap togor buah naga dapat menghasilkan 50 hingga 150 kilogram buah setiap tahunnya.
Tanaman yang ditanam para petani di lahan pasir adalahtanaman palawija seperti cabai merah keriting, cabai rawit, labu, semangka, melon, kacang tanah, mentimun dan buah naga. Sedang tanaman yang ditanam di lahan sawah yang lebih basah adalah padi di musim hujan dan palawija.
Para petani dusun Trisik bergabung dalam Kelompok Tani yang diketuai oleh Ngatimin (39 tahun). Kelompok Tani ini mendirikan koperasi dengan nama “Koperasi Rani Maju”. Koperasi ini membantu petani dalam pengadaan pupuk, penjualan hasil panen dan dalam simpan pinjam. Iuran anggota sebesar Rp. 2.000,- per bulan. Pada tutup tahun 2007 Koperasi Tani Maju telah modal sebesar 90 juta rupiah. Modal itu berasal dari iuran anggota, laba pelelangan, dan bantuan dari pemerintah. Mulai tahun 2007 Koperasi juga bekerja sama dengan Prima Tani dalam hal pengembangan pembibitan melon dan semangka yang dibina oleh konsultan Suradal, SSt. dari BPTP propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
c. Lingkungan Wisata
Wisata di pantai ini adalah wisata untuk melihat keindahan dan kehidupan pantai. Pantai Trisik memiliki kekhasan dibanding pantai-pantai lainnya di Kulon Progo. Langit biru, laut biru dan laguna di tepian pantai serta ketenangan suasana pedesaan pesisir menciptakan daya tarik yang khas bagi pengunjung.
Lingkungan nelayan dan pertanian mempunyai potensi baik untuk wisata kuliner maupun agro-wisata. Di pantai Trisik pengunjung dapat menikmati aneka masakan ikan laut. Di lahan tanaman buah naga, semangka atau melon pengunjung dapat menikmati wisata agro yang mengasyikkan.
Namun kegiatan wisata di pantai ini masih minim bila dibandingkan dengan pantai-pantai lain seperti Pantai Krakal, Baron, Parang Tritis atau Glagah. Lingkungan wisata belum dikelola dengan maksimal.
Karena pantai yang kurang landai ada larangan untuk berenang di sini, sehingga pengunjung di sini hanya memandang pemandangan laut dengan sekedar membasahi kaki-kaki mereka dengan lidah-lidah ombak yang memecah di pinggiran pantai. Laguna dan sungai di pantai Trisik sebetulnya memiliki potensi untuk wisata air apabila dikelola dengan baik.
Di pantai Trisik belum ada fasilitas-fasilitas wisata yang memadai Wisata kuliner belum setingkat dengan pantai Depok. Warung-warung makan masih dikelola seadanya. Penginapan-penginapan seperti di pantai Parang Tritis dan Glagah juga belum ada. Namun pada hari-hari libur banyak wisatawan yang berkunjung di sini untuk melihat keindahan pantai dan melihat suasana pedesaan pesisir yang tenang. Menurut peneliti masih perlu banyak pembenahan untuk mengembangkan pantai Trisik sebagai tujuan wisata di Kulonprogo khususnya dan daerah Istimewa Yogyakarta pada umumnya.
d. Lingkungan Pedagang
Sejumlah warga menjadi pedagang ikan di TPI atau tempat pelelangan ikan, sedang yang lainnya membuka warung-warung dari gedheg bagi beberapa wisatawan yang berkunjung, menjajakan minuman dan makanan. Ada dua tiga warung yang menawarkan makanan laut, seperti ikan bakar, ikan goreng, cumi goreng dan sebagainya.
Mbok Arjo (63 tahun), seorang penjaja makanan dan minuman di pinggir pantai Trisik, mengatakan bahwa hanya pada hari-hari libur ia menjajakan nmakanan dan minuman, karena pada hari-hari lain sepi pengunjung.
Suyatmi (42 tahun), seorang pedagang ikan di TPI, menyatakan bahwa ikan yang ia jual tidak selalu hasil tangkapan nelayan pantai Trisik. Pada saat-saat para nelayan mendapatkan banyak tangkapan, ia melelang dan menjualnya sebagian di warung komplek TPI sedang sebagian lain dijual ke lain daerah. Namun pada saat hasil tangkapan sepi ia mendatangkan ikan dari Sadeng atau Cilacap.
Suyatmi juga melayani pengunjung yang ingin membeli ikan yang sudah dimasak, misalnya dibakar, digoreng atau dipepes.
Pedagang ikan di TPI sudah tergabung dalam kelompok pedagang ikan sekaligus kelompok nelayan yang diketuai oleh Sunaryo Hadi. Dalam memperoleh modal disamping meminjamnya di koperasi, sebagian sudah memanfaatkan layanan bank seperti BRI dan BPD. Kamisah (37 tahun) untuk modal berdagang ikan ia meminjam ke BPD galur Rp. 5000.000,- yang diangsur selama 3 tahun.
Di pantai Trisik belum ada warung-warung penjual cindera mata dan kerajinan seperti di pantai Parang Tritis. Namun bila kita mengamati, di kiri kanan jalan aspal menuju pantai Trisik warga desa memanfaatkan panas matahari untuk menjemur eceng gondok. Enceng gondok ini didatangkan dari dari daerah Ambarawa. Eceng kering itu dijual kepada para pengrajin untuk dibuat tas, sandal dan beragam boks.
Hasil kerajinan dijual ke kota atau kepada pengusaha untuk diproses lebih lanjut. Pengrajin di kota melakukan proses finishing untuk memperindah. Walaupun dalam skala kecil, kegiatan pengeringan eceng gondok ini mampu memberikan pendapatan untuk penghidupan masyarakat.
e. Kondisi Lingkungan Pemukiman
Pemukiman di pantai Trisik ini ternyata sudah agak maju. Nampaknya keberhasilan mereka dalam bertani cabai dan melon mampu meningkatkan tingkat perekonomian para warga sehingga mereka dapat membangun rumah lebih layak.
Rumah. Menurut pengamatan peneliti dari 67 rumah yang ada di pusat dusun 70 persen berdinding tembok dan berlantai semen. Bahkan ada beberapa yang mengunakan lantai keramik. Hanya rumah-rumah yang berada di lahan di kawasan sebelah barat masih berupa rumah gedeg berlantai tanah.
Air Bersih dan MCK. Menurut Joko Samodra (47 tahun), Kepala Dukuh Trisik, setiap rumah memiliki sumur dan MCK. 70 persen sudah memiliki MCK yang memenuhi standar sanitasi lingungan.
Kandang Ternak. Seperti di lingkungan pedusunan pada umumnya masih banyak warga yang memiliki kandang ternak dekat dengan rumah.
f. Konservasi Alam
Pantai Trisik telah memiliki tempat konservasi penyu. Konservasi penyu ini dikelola oleh Kelompok Konservasi Penyu Abadi. Penyu yang dikembangkan di sini adalah jenis penyu hijau. Kelompok Konservasi Penyu diketuai oleh Muhadi (37 tahun).
g. Kegiatan Seni Budaya
Ada kelompok kesenian reyog dan karawitan yang ditampilkan pada acara-acara tertentu.

0 komentar:

Posting Komentar