Kali ini dongengan geologi menjelaskan bukan dari sisi klenik dan metafisik. Tetapi mencoba menjelaskan berdasarkan pengamatan geologis daerah seputar Gunung Merapi, terutama sekitar Rumah Mbah Maridjan.
“Looh Pakdhe, memangnya penyebabnya itu klenik atau pertunjukan gejala Volcano geologi sih ?”
“Thole, penjelasan ini hanyalah salah satu dari sekian penjelasan yang ingin diketahui. Kamu boleh memilih mana yang kamu percayai. Bahkan simbah juga punya keyakinannya sendiri yang harus dihormati”
Lokasi rumah Mbah Maridjan
Rumah Mbah Maridjan berada pada dusun Kinahrejo yang berjarak sekitar 4.5 Km dari puncak merapi. Sebenarnya lokasi dusun Kinahrejo berupa sebuah punggungan bukit kecil yang merupakan lokasi dusun paling tinggi di selatan Gunung Merapi.
Rumah Mbak Maridjan terletak di lereng selatan Gunung Merapi. Tempat tinggalnya sebnernya berada pada sebuah punggungan bukit yang memanjang. Disebelah timurnya ada (bekas) taman wisata Kali Adem, sedangkan disebelah baratnya ada tempat wisata Kaliurang. (Bekas) Taman wisata Kaliadem ini terkena Volcanic avalances (Awanpanas) pada tahun 2006 lalu. Gambar diatas yang berwarna putih menunjukkan lokasi bunker dimana ada dua korban didalamnya.
Luncuran Sebelum 2006
Sebelum tahun 2006, luncuran awan panas hampir salalu mengarah ke barat lihat peta diatas ini. Pada tahun-tahun 1911-2006, luncuran ini dikontrol morfologi puncak merapi, dimana dibagian barat terdapat lubang, sedangkan bagian timur terdapat dinding. Disebelah selatan ada sebuah batu besar yang disebut Gegerboyo (punggung buaya), karena mirip dengan punggungan buaya.
Memang luncuran juga pernah terjadi kearah selatan, bahkan hingga sangat jauuh. Namun secara umum luncuran awanpanas Gunung Merapi ini mengarah ke barat. Pada tahun 1994, awanpanas pernah melanda sebelah barat Lokasi Wisata Kaliurang.
Awan Panas tahun 2006.
Dinding Gegerboyo ini runtuh sebelum terjadinya gempa Jogja pada 27 Mei 2006 terjadi gempa Jogja dengan kekuatan magnitude hingga 6.3. Keruntuhan geger boyo ini menyebabkan luncuran awanpanas pada erupsi tahun 2006 mengarah ke selatan. Luncuran ini sempat memunculkan tragedi yg pernah ditulis sebelumnya disini : aman terkendali" href="http://rovicky.wordpress.com/2010/10/28/2010/10/25/efusif-bukan-berarti-aman-terkendali/">Tragedi Bunker Merapi 2006 – Efusif bukan berarti aman terkendali
Luncuran awan panas pada tahun 2006 ini mengarah keselatan setelah runtuhnya Gegerboyo. Luncuran awanpanas ini mengenai bukit dan berbelok sedikit kebarat kemudian menuju kebawah hingga menutup bunker yang menelan dua korban jiwa.
Luncuran awanpanas 2010
Tahun 2010 ketika terjadi luncuran tentusaja daerah rendahan yang sebelumnya dipakai untuk lewatnya awanpanas terisi oleh material-material yang terbawa tahun 2006, juga hasil endapan lahar yang terangkut oleh air hujan. Sehingga menyebabkan jalur tempat luncuran sebelumnya menjadi “terisi” dan dangkal.
Karena topografi serta morfologi bentuk alurnya berubah tentusaja aliran awanpanas juga berubah mengikuti jalur yang lain. Sangat naas bagi daerah Dusun Kinahrejo, yang sebelumnya aman menjadi jalur aliran debu ujung dari awan panas ini.
Hal inilah yang menyebabkan mengapa jalur luncuran awanpanas 2010 berbeda dengan jalur tahun 2010.
Secara grafis digambarkan disebelah ini.
Awan panas pada dasarnya terisi oleh material campuran pasir, batu, kerakal, kerikil, pasir hingga debu volkanik. Untuk melihat bagaimana luncurannya silahkan dilihat di video sebelumnya disini :
Awan Panas Merapi dalam Video [Pyroclastic flow]
Setiap aliran awanpanas didalamnya terdapat material piroklastik terisi oleh material campuran pasir, batu, kerakal, kerikil, pasir hingga debu volkanik memiliki volumenya hingga jutaan meterkubik. Material ini akan mengisi jalur-jalur ini sehingga menyebabkan alurnya berubah.
Ketika ada luncuran berikutnya tentusaja akan mengikuti pola airan yang “baru”, dan tidak mengikuti aliran yang lama.
BERUBAH !
Pelajaran yang bisa dipetik dari peristiwa ini adalah, alam itu selalu berubah sehingga manusia harus ikut bersama-sama alam berubah supaya tidak terkejut adanya perubahan-perubahan yang mungkin akan mengancam dirinya.
“Oooh jadi bukan berarti Mbah Marijan sudah tidak sakti lagi ya Pakdhe?”
“Looh Thole, Mbah Maridjan pernah ngendiko (mengatakan), bahwa beliau haya penunggu gunung, bukan pawang penakluk gunung. Itulah sebabnya beliau tetap setia menunggu gunung ini sesuai dengan tugas dan kewajiban yang diyakininya sebagai amanah”
Selamat Jalan Mbah Maridjan. Semoga Yang Maha Kuasa dan Maha Mengerti akan menerima siMbah disisi terbaikNya. Amien.
( Sumber dongeng geologi http://rovicky.wordpress.com)
0 komentar:
Posting Komentar